Relay merupakan komponen elektronika yang secara bentuk sangat sederhana dan kecil, namun dari segi fungsi memiliki peran yang besar. Relay ini bisa berguna sebagai saklar elektromagnetik yang bisa mengontrol aliran listrik dalam sebuah rangkaian elektronika.
Nah, untuk Anda yang penasaran apa saja fungsinya dan bagaimana cara kerjanya bisa simak pembahasan lengkap di bawah ini.
Daftar Isi
Pengertian Relay
Relay adalah sebuah gulungan kawat yang di saat ada aliran listrik yang melewatinya maka akan berubah menjadi magnet. Selain itu, makna lainnya relay adalah sebagai sebuah saklar yang bersifat elektromagnetik, yang akan membuat rangkaian listrik bisa membuka dan menutup.
Rangkaian relay mampu menyalakan atau memutus arus listrik yang sangat besar walaupun hanya bekerja menggunakan arus yang lebih kecil. Sementara itu, untuk relay solid state yaitu saklar relay yang bekerja secara mekanis dengan memanfaatkan elektromagnet.
Akan tetapi, relay dan saklar bukan merupakan dua komponen listrik yang sama. Jika relay adalah saklar yang bekerja menggunakan tenaga listrik. Maka saklar menjadi bagian dari listrik yang kemampuannya adalah menyambung dan memutuskan rangkaian listrik.
Fungsi Relay
Ada banyak fungsi relay yang dapat Anda temukan di kehidupan sehari-hari, misalnya:
1. Melindungi dan memperingkas rangkaian listrik
Fungsi relay pada rangkaian listrik adalah melindunginya dari kemungkinan terjadinya korsleting (hubungan pendek) arus listrik. Serta memperingkas rangkaian sehingga arus dapat mengalir dengan lancar menuju komponen elektronik lain.
2. Pengontrol arus listrik pada kendaraan
Biasanya, relay pada mobil maupun kendaraan bermotor lainnya, mampu mengontrol arus yang besar hanya dengan menggunakan arus yang lebih kecil.
3. Mencegah kerusakan klakson
Fungsi relay pada motor contohnya dipakai pada klakson untuk mengaliri arus listrik, sehngga mengurangi potensi kerusakan pada switch.
Ada juga fungsi relay lainnya yaitu seperti :
- Mengirim sinyal
- Konversi arus listrik
- Pengontrol panel listrik
- Memberikan delay time
- Perantara kontakor dan PLC
- Mengendalikan sirkuit arus besar
Gambar dan Simbol Relay
gambar diatas merupakan bentuk fisik dari relay, dan juga simbol yang biasa digunakan untuk mengisyaratkan relay dalam rangkaian komponen elektronika.
Komponen-Komponen Relay
Relay tersusun dari komponen dasar, yakni sebagai berikut.
1. Koil Elektromagnet
Bagian utama yang paling penting dalam menjalankan fungsi relay adalah koil. Koil berbahan elektromagnet dipilih karena meskipun tidak bersifat magnetik tetapi mampu berubah menjadi magnet. Yaitu apabila sinyal listrik menunjangnya.
2. Saklar (switch contact point)
Jika Anda melihat penampang relay, maka bagian pertama yang akan dilihat adalah switch contact point ini. Saklar pada relay ada 2, yaitu kontak NO (normally open) serta NC (normally close).
3. Spring
Spring berfungsi memudahkan pengembalian posisi saklar, misalnya yang awalnya terbuka menjadi menutup.
4. Armature
Bagian yang merupakan lempeng logam yang diseimbangkan pada dudukan/porosnya. Armature berfungsi untuk mendukung kerja relay dalam menyambung dan memutus koneksi dengan peralatan/kontak listrik yang terhubung.
Terminal Relay
Selain 4 komponen dasarnya, kinerja relay juga disupport oleh terminal. Terminal relay terdiri dari:
1. Terminal Koil
Relay memiliki terminal input yaitu 2 buah terminal koil. Terminal koil inilah yang dihubungkan dengan sumber listrik sehingga relay nantinya bisa diaktifkan atau dimatikan. Kontrol mekanisme switching adalah tugas utama terminal koil.
2. Terminal NO (Normally Open)
Terminal NO merupakan terminal beban yang selalu terbuka saat relay non-aktif. Kemudian, jika relay diaktifkan, terminal NO menutup dari COM.
3. Terminal NC (Normally Close)
Sedangkan terminal NC merupakan terminal beban yang apabila tidak ada input kontrol maka akan terkoneksi dengan COM. Terminal NC akan terbuka dan putus kontak dari COM apabila relay sedang aktif. Hal itu berlangsung hingga relay dimatikan lagi.
4. Terminal Common (COM)
Terakhir adalah terminal umum sekaligus output relay. Terminal common inilah yang terhubung dengan salah satu ujung rangkaian beban.
Cara Kerja Relay
Cara kerja relay dimulai dari lilitan kumparan koil yang bertindak sebagai pengendali arus pada rangkaian besi. Ketika kumparan koil dialiri arus, gaya elektromagnet akan menarik armature sehingga membuat kondisi berganti dari NC menjadi NO.
Listrik yang dihantarkan oleh saklar akan mengalir menuju posisi NO. Kemudian, jika arus listrik berhenti mengaliri rangkaian, armature kembali ke posisi semula, NC. Koil akan menarik saklar ke posisi close, yang kebutuhan aliran listriknya relatif lebih kecil.
Jenis-Jenis Relay
Jenis-jenis relay dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasinya sesuai dengan karakteristik maupun cara kerjanya. Berikut pengklasifikasian dari jenis-jenis relay.
Jenis Relay Berdasarkan Prinsip Operasi
Pertama, dilihat dari prinsip operasinya, ada banyak jenis relay, di antaranya:
- Electromagnetic relay: relay elektromagnetik yang merupakan perpaduan dari elektronika mekanik serta magnetik, yang koilnya bisa dipakai ketika kontak mekanis. Sehingga, ketika koil diaktifkan, kontak mekanis otomatis terbuka.
- Relay reed: relay yang dilengkapi dengan sepasang strip magnetik. Medan magnetnya mampu melilit koil dan menggerakkan strip magnetik, sehingga kontak mekanis akan berubah posisinya.
- Thermal relay: jenis relay yang posisinya bisa berubah ketika kontak poinnya terkena efek panas secara mekanis. Sehingga biasanya diaplikasikan untuk melindungi komponen penting.
- Relay latching
- Relay non-latching
- Relay high-voltage
- Time delay relay
- dan lain sebagainya
Jenis Relay Berdasarkan Pole dan Throw
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, melihat komponen pole and throw, jenis-jenis relay ada:
1. Single Pole Single Throw (SPST)
Relay SPST hanya memiliki 1 pole (input) dan 1 throw (output), 4 terminal dengan 2 terminal saklar dan 2 koil. Karena single, maka SPST hanya mampu mengontrol 1 rangkaian listrik atau menghubungkan/memutus 1 kontak saja.
2. Single Pole Double Throw (SPDT)
Relay SPDT memiliki 1 pole (input) dan 2 throw (output), 5 terminal dengan 3 terminal saklar dan 2 koil.
Cara kerja relay SPDT adalah selama switching ON dan OFF, satu rangkaian ke rangkaian lainnya saling bergantian. Dengan cara membuka salah satu rangkaian dan rangkaian lainnya ditutup.
3. Double Pole Single Throw (DPST)
Relay DPST memiliki 2 pole (input) dan 1 throw (2 output), 6 terminal dengan 2 pasang saklar dan 2 buah koil. Input 1 yang hanya dihubungkan dan diputus ke output 1, maka tidak bisa melakukannya ke output/input 2.
4. Double Pole Double Throw (DPDT)
Relay DPDT memiliki 2 pole (input) dan 2 throw (4 output), 8 terminal. Kedua input maupun kedua output, akan terisolasi satu dengan lainnya.
Tips Memilih Relay
Sebelum memilih relay, Anda bisa perhatikan tips berikut:
- Pahami kondisi rangkaian yang dibutuhkan
- Ketahui spesifikasi relay
- Perhatikan ukuran relay
Berapa Tegangan Relay?
Terakhir, sebenarnya berapa tegangan yang dimiliki oleh relay? Tegangan relay itu:
- Tegangan rendah: beroperasi pada 5-24 volt, contohnya relay 5V, 12V dan 24V pada perangkat elektronik.
- Tegangan menengah/medium: beroperasi pada puluhan sampai ratusan volt, contohnya relay 48V, 110V, 220V pada industri-industri.
- Tegangan tinggi: beropeasi ribuan sampai puluhan ribu volt, contohnya relay pada stasiun listrik.
jadi itulah pembahasan lengkap mengenai apa itu relay dan bagaimana cara kerjanya. Relay ini merupakan komponen elektronika yang bisa menyalakan dan memutus arus listrik, dengan begitu kita bisa meminimalisir kerusakan perangkat elektronik.